Fraktur Tibialis Pada Anak


FRAKTUR TIBIALIS PADA ANAK
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya atau hilangnya struktur tulang “ Ephiphyseal plate“ cartilago (tulang rawan ). Fraktur adalah patah atau gangguan kontinuitas tulang (Engram, Barbara. 1998). Fraktur Adalah Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa ( Mansjoer, Arief. 2000). Fraktur Tibia Adalah patah atau gangguan kontinuitas pada tulang tibia
Etiologi
  • Kecelakaan kendaraan bermotor atau jatuh, kecelakaan merupakan penyebab ekstrinsik yang   dapat menimbulkan kefatalan pada kerusakan tulang. Hal ini disebabkan karena adanya hantaman pada tulang yang bersifat keras.
  • Olahraga, kesalahan gerakan pada saat melakukan olahraga juga dapat menyebabakan terjadinya fraktur.
  • Exercise yang kuat, kemungkinan untuk terjatuh sehingga memberi pergeseran pada tulang.
  • Malnutrisi,kekurangan gizi mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tulang terutama pada anak-anak.
  • Osteoporosis, menjadi keroposnya tulang karena kehilangan mineral dengan akibat yang ditimbulkan menjadikan tulang rapuh, terutama terjadi pada lansia.
  • Neoplasma,pertumbuhan jaringan baru yang abnormal seperti tumor dan bersifat ganda.
Patofisiologi
  • Kecelakaan
  • Olahraga / Exercise yang kuat
  • Malnutrisi
Manifestasi atau Gejala Klinis

Tanda – tanda tidak pasti
Tanda – tanda pasti
  • Rasa nyeri dan tegang, nyeri hebat bila dibuat   gerak
  • Hilangnya fungsi akibat nyeri atau tak mampu melakukan gerakan
  • Deformitas karena pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen berubah
  • Gerakan abnormalitas (False movement)

  • Krepitasi (Gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patah
  • Deformitas akibat fraktur (umumnya deformitas berupa rotasi, angulasi dan pemendekan)
Penatalaksanaan
  • Pertolongan darurat
Pemasangan bidai atau splint, tujuan :
  • mencegah kerusakan lebih lanjut pada jaringan
  • mengurangi rasa nyeri
  • menekan kemungkinan terjadi emboli lemak dan shock
  • memudahkan transport dan mengambil foto
  • Pengobatan definitive
  • Reposisi secara tertutup
Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi Traksi dengan melakukan tarikan pada ektremitas bagian distal
Penatalaksanaan :
Penderita tidur terlentang di atas meja periksa. Kedua lutut dalam posisi fleksi 90O, sedang kedua tungakai bawah menggantung di tepi meja. Tungkasi bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki. Setelah tereposisi baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips, yaitu :
  • Cara long leg plaster :
Immobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedangan posisi lutut dalam fleksi 20o.
  • Cara sarmiento :
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai dia atas sendi talocrural dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada pernukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara sarmiento : kaki diinjakkan lebih cepat.
Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik. Masih terjadi angilasi, perpendekan lebih dari 2 cm tidak ada kontak antara kedua ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan operasi dan pemasangan internal fiksasi.   Macam – macam internal fiksasi diantaranya:
  • Screw
  • Plate + screw
  • Tibial nail
  • Reposisi secara terbuka
Melakukan reposisi dengan jalan operasi, kemudian melakukan immobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna berupa plat , pen atau kawat.
Penatalaksanaan :
  • Cara Treuta :
Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit. Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS, calcaneus dan tendo Achilles.
Gips dibuka setelah berbau dan basah
Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.
  • Cara long leg plaster :
Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai sembuh.
  • Cara dengan memekai pen di luar tulang
Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka cruris grade III. Dengan cara ini perawtan luka yang luas di cruris sangat mudah.
Macam-macam bentuk fixateur, diantaranya:
Judet fixateur, Roger Angerson, Hoffman, Screw + Methyl Methacrylate
  • Rehabilitatif
Tujuan utama :
  • Mempertahankan ruang gerak sendi
  • Mempertahankan ruang gerak otot
  • Mempercepat proses penyembuhan fraktur
  • Mempercepat pengembalian fungsi penderita
Latihan terdiri dari ;
  • Mempertahankan ruang gerak sendi
  • Latihan otot
  • Latihan berjalan
Komplikasi
  • Awal
    • Compartment syndrome.
    Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksimal tibia tertutup.  Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior compartment syndrome.
    Mekasnisme : dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan intra – compartment, hal ini akan menyebabkan tekanan intrakompartemen meninggi, menyebabkan aliran balik balik darah vena terganggu. Hal ini akan menyebabkan oedema. Dengan adanya oedema tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya sedemikian tinggi sehingga menyumbat arteri di intrakompartemen.
    Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraesthesia, rasa sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini berlangsung cukup lama dapat terjadi paralyse pada otot-otot ekstensor hallusis longus, ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.
    • Tekanan intrakompatemen dapat diukur langsung dengan cara whitesides.
      Penanganan : dalam waktu kurang 12 jam harus dilakukan fasciotomi
  • Lanjut
    • Malunion : biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang immobilisasinya longgar, sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.
    • Delayed union : terutama terjadi pada frakur terbuka yanbg diikuti dengan infeksi atau pada fraktur yang communitiva. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang spongiosa.
    • Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukaan bone grafting menurut cara papineau.
    • Kekakuan sendi ; hal ini disebabkan karena pamakaian gips yang terlalu lama. Pada persendian kaki dan jari – jari biasanya terjadi hambatan gerak, hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.
CONTOH KASUS
Seorang anak perempuan berusia 6 tahun dirawat diruang perawatan anak karena menderita fraktur tibialis. Anak diberikan traksi untuk memperbaiki kondisi frakturnya. Traksi terpasang 24 jam sehari sehingga anak tidak dapat bebas beraktifitas.
Pengkajian
Identitas
Nama                           : An.T
Usia                             : 6 tahun
Jenis kelamin               : Perempuan
Ruang perawatan        : ruang perawatan anak
Diagnosa medis           : fraktur tibialis
Analisa Data

Data
PROBLEM ETIOLOGI
Do :
anak menderita patah pada tulang tibia
Ds :  -
Gangguan rasa nyaman : nyeri Patah pada tulang tibia
Do :
anak diberikan traksi
Gangguan mobilitas fisik Pemasangan traksi 24 jam sehari
Diagnosa keperawatan
  • Perubahan kenyamanan (Nyeri akut) b.d diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)
  • Gangguan mobilitas fisik b.d pemasangan traksi atau gips

Dx : Perubahan kenyamanan (Nyeri akut) b.d diskontinuitas jaringan tulang (fraktur)
Tujuan : Nyeri dapat berkurang dalam 1x 24 jam
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang.
Intervensi :
  • Bila Hubungan Saling Percaya (BHSP)
R/ Menjalin hubungan saling percaya antara perawat, klien dan keluarga klien
  • Kaji TTV
R/ untuk mengetahui perkembangan klien dan mendeteksi infeksi dini
  • Pertahankan tirah baring sampai nyeri berkurang
R/ Nyeri dan spasme otot dikontrol oleh immobilisasi
  • Anjurkan pada klien untuk tidak menggerakan atau meminimalkan gerak pada bagian yang  sakit
R/ dengan meminimalkan gerak atau tidak menggerakan bagian yang sakit dapat mengontrol  nyeri
  • Pertahankan traksi yang diprogramkan dan alat-alat penyokong (belat, alat fiksasi eksternal, atau gips)
 R/ untuk mengimobilisasi frakturdan menurunkan nyeri
  • Kolaborasi dengan tim medis (dokter)dalam pemberian obat antibiotik dana analgesic
R/ menjalankan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan
Dx :  Gangguan mobilitas fisik b.d pemasangan traksi atau gips
Tujuan :
  • Meminimalkan kemungkinan terhadap cidera
  • Kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan keperawatan.
Kriteria Hasil :
  • Memperlihatkan tindakan untuk meningkat mobilitas
  • Melaporkan adanay peningkatan mobilitas
  • Mempertahankan posisi fungsional
  • Meningkat kekuatan / fungsi yang sakit
  • Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas.
Intervensi :
  • Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
R/ nyeri dan spasme otot dikontrol oleh mobilisasi
  • Tinggikan ekstrimitas yang sakit
R/ untuk member kenyamanan
  • Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan tak sakit.
R/ Mempertahankan fungsi ekstremitas
  • Beri penyangga pada ekstremitas yang sakit di bawah dan siatas fraktur ketika bergerak.
R/ untuk mengimobilisasi fraktur dan mengurangi nyeri.
  • Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
 R/ mengurangi resiko cidera
  • Kolaborasi fisioterap
R/ Menjalakan fungsi independent perawat dan mempercepat penyembuhan



Untuk Download File MS.Word

Previous
Next Post »